Rencanakan dan Persiapkan dengan Baik

Raja Daud menyuruh mengumpulkan semua orang asing yang tinggal di negeri Israel, lalu ia mempekerjakan mereka. Sebagian dari mereka memahat batu untuk membangun Rumah Tuhan. Untuk membuat paku dan engsel bagi pintu-pintu gerbang Rumah Tuhan itu, Daud mengumpulkan banyak sekali besi. Ia juga mengumpulkan begitu banyak perunggu, sehingga tidak dapat ditimbang. Dari orang Tirus dan Sidon ia memesan sejumlah besar kayu cemara Libanon. Daud melakukan semuanya itu karena ia berpikir begini: “Aku harus mempersiapkan apa yang diperlukan untuk pembangunan Rumah Tuhan. Sebab Salomo putraku masih muda dan kurang pengalaman, sedangkan RumahTuhan yang akan dibangunnya itu harus sangat megah dan termasyhur di seluruh dunia.” Maka sebelum Daud meninggal, ia menyediakan banyak sekali bahan bangunan. 1 Tawarikh 22:2-5 BIMK

Banyak acara atau produk (barang ataupun jasa) yang sukses besar meskipun dibuat dadakan, tanpa rencana, spontan, bahkan tanpa persiapan dan dukungan memadai. Banyak pula rencana yang ideal namun tak kunjung tertunaikan. Banyak persiapan yang tak kunjung benar-benar siap bahkan bisa berujung batal. Itulah hidup.

Spontanitas memang perlu. Bahkan kita harus terlatih menghadapi kejutan-kejutan dari Dia yang Tak Pernah Terkejut yaitu Tuhan Yesus. Banyak rancangan yang menurut kita baik tapi ternyata Tuhan Yesus punya rencana yang lebih baik. Banyak persiapan yang kita lakukan tampak sia-sia karena Tuhan Yesus sudah menyiapkan hal lain yang lebih siap digunakan. Banyak kegagalan harus kita rasakan karena ada hal lain yang disiapkan untuk kita.

Selama kita sadar bahwa seluruh hidup kita hanyalah anugerah Tuhan Yesus, maka kita pun wajib untuk hidup bagi Tuhan Yesus. Kita wajib bekerja bagi Tuhan Yesus dengan baik. Kita wajib merencanakan apa yang akan kita lakukan. Kita wajib mempersiapkan apa yang akan kita kerjakan. Tuhan Yesus menuntun kita untuk lebih mengenal diri dan kehendakNya melalui firmanNya. Salah satu tanda bahwa langkah kita sudah tepat adalah ketika sudah selaras dengan kehendak Tuhan Yesus yang tertulis di Alkitab.

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor 10:31, TB)

Semua kegiatan kita, sepele maupun luar biasa,a dalah penyembahan kit auntuk kemuliaan Allah. Belajarlah dari Daud yang merencanakan dan mempersiapkan pembangunan Bait Suci, yang kelak akan dilaksanakan dan dituntaskan oleh Salomo. Jalani hidup ini dengan kesadaran bahwa kesuksesan dan kegagalan adalah dari Tuhan Yesus. Sadari bahwa kita bertugas merencanakan dan mempersiapkan beberapa hal dalam hidup kita meskipun belum tentu semuanya akan membawa kesuksesan. Namun ingatlah bahwa Tuhan Yesus telah merencanakan dan mempersiapkan seluruh hidup kita untuk kemuliaanNya. Bersyukurlah sebab Tuhan Yesus masih mau memberi kesempatan kepada kita untuk hidup bagiNya.

Apa saja yang kamu kerjakan untuk tuanmu, lakukanlah dengan sepenuh hati. Karena kamu sebenarnya sedang melayani Tuhan- bukan manusia! Kolose 3:23 TSI

Sering kita merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan. Kadang pula kita merasa enggan menghadapi tantangan pekerjaan. Intinya adalah kita kadang merasa kehilangan semangat untuk bekerja, baik pekerjaan rutin maupun dadakan.

Banyak hal yang membuat kita tidak menunjukkan performa terbaik kita dan lebih nyaman dengan melakukan kinerja rata-rata (bahkan mungkin memilih untuk bekerja asal-asalan). Alasan dan dalih dapat kita sampaikan dengan lancar untuk membela diri. Dan mungkin rekan kerja maupun atasan (mungkin juga bawahan yang menjadi teman curhat kita) dapat memahami kondisi kita. Dan memakluminya karena mereka juga mungkin sering berada di posisi yang sama. Apapun itu, bekerja dengan tidak optimal adalah sesuatu yang keliru.

Cara paling mudah untuk meraih kinerja terbaik kita adalah dengan mengarahkan kembali fokus kita ke arah yang benar. Fokus yang benar akan sanggup menunjukkan siapa sebenarnya yang sedang kita layani. Setiap pekerja harus tahu siapa yang mempekerjakannya.

Setiap pekerjaan adalah anugerah dari Tuhan Yesus. Bahkan gaji yang terasa selalu kurang juga hanyalah anugerah dari Tuhan Yesus. Teman yang menjengkelkan? Itu adalah bonus dari Tuhan Yesus untuk membantu kita menjadi lebih baik. Toh kadang kala kitalah yang menjadi sumber kejengkelan bagi orang lain. Jam kerja yang melelahkan? Itu adalah stimulasi dari Tuhan Yesus untuk kita bisa mengerjakan pekerjaan lebih cepat, tanpa lembur, dan menikmati kehidupan di luar pekerjaan.

Apapun pekerjaan dan jabatanmu saat ini, bersyukurlah. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah atasan langsungmu. Tuhan Yesus adalah supervisor yang selalu ada dalam setiap tarikan nafasmu. Pekerjaanmu haruslah menjadi ibadahmu. Lakukan yang terbaik karena kita sedang bekerja untuk Tuhan Yesus.

Yesus adalah supervisor yang selalu ada dalam setiap tarikan nafasmu

Hidup Manusia Sebaiknya Fokus pada yang Baik

Hidup manusia kadang menggelikan atau menjengkelkan. Kita kadang sulit melihat hal yang baik dari beberapa kejadian yang kita alami.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Filipi 4:8 TB

Not that which goes into the mouth makes a man unclean, but that which comes out of the mouth. Do you not see that whatever goes into the mouth goes on into the stomach, and is sent out as waste? But the things which come out of the mouth come from the heart; and they make a man unclean. (Mat 15:11, 17-18, BBE)

Untungnya kita punya Tuhan Yesus yang menjamin kita mendapatkan apa yang baik menurutNya.

  • Untuk menyelamatkan 1 hal kadang kita akan kehilangan 2 hal atau lebih. Secara sengaja ataupun tidak. Hasil akhirnya mungkin tergolong sebagai kerugian. Tapi tetaplah bersyukur dan belajar jadi lebih baik lagi.
  • Untuk memeriksa kinerja suatu jasa atau ketersediaan suatu produk kadang kita memeriksanya di ujung-ujung terjauh alih-alih mencari dan mendekati sumbernya. Kita sering memperhatikan dengan teliti apa yang ada di sekitar kita, bahkan di tempat yang jauh, dan dalam asumsi-asumsi yang tidak masuk akal. Kita sering lupa untuk mengecek ke dalam diri kita sendiri. Bahkan kadang kita lupa untuk mengecek ke Tuhan Yesus yang adalah sumber segalanya. Temuan kita di ujung terjauh suatu masalah kadang menjadi tidak relevan ketika kita menyadari peran kita di dalamnya. Dan jauh lebih tidak relevan ketika kita diijinkan untuk mengetahui rencana Tuhan tentang hal tersebut. Percayalah kepadaNya.
  • Untuk menjaga wibawa di hadapan orang yang tidak kita kenal dekat malah kadang membuat kita tampak sangat tidak berwibawa menurut orang yang kenal dekat dengan kita. Dan sebaliknya. Berusahalah menjaga wibawa di hadapan orang di lingkaran terdekat anda. Terserah orang lain mau memandang anda seperti apa. Pandangan orang-orang terdekat selalu lebih penting, karena merekalah yang Tuhan tempatkan untuk membuatmu lebih baik. Meski kadang bisa saja penyampaiannya menyakitkan atau anda memiliki dasar yang baik untuk menyanggah, menurutlah pada pandangan orang terdekat anda, penilaian dari diri sendiri sulit bernilai obyektif.

Begitulah hidup manusia. Yang konon hanya sekejap saja di bumi ini.

kita akan merasa kurang jika tidak melakukan apa yang baik

Fokuslah pada apa yang baik. Dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Berpikirlah tentang hal-hal yang baik. Ucapkan hal-hal yang baik, dan ucapkan dengan cara yang baik. Bertindaklah dengan baik, diawasi maupun tidak diawasi. Sesungguhnya setiap orang selalu ada dalam sorotan perhatian Tuhan.

In the spring, at the time when kings go off to war, Joab led out the armed forces. He laid waste the land of the Ammonites and went to Rabbah and besieged it, but David remained in Jerusalem. Joab attacked Rabbah and left it in ruins. 1 Chronicles 20:1 NIV

Sering kita berfikir bahwa seseorang itu berlebihan ketika melakukan sesuatu. Padahal ada pula yang sebaliknya. Kita bisa menjadi orang yang berlebihan dengan tidak melakukan sesuatu. Yaitu ketika semua orang lain melakukannya tapi kita tidak melakukannya. Dan segala sesuatu yang berlebihan biasanya menimbulkan sesuatu yang keliru.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita melihat bahwa Daud memilih untuk menganggur di istananya. Padahal raja-raja yang lain sedang siap-siap berperang karena sedang “musim yang cocok untuk berperang”. Daud hanya menyuruh anak buahnya berperang. Dia sendiri akhirnya kita tahu dalam kitab yang lain malah jatuh dalam dosa.

Jadi jangan berlebihan dalam melakukan sesuatu. Dan jangan berlebihan dalam tidak melakukan sesuatu. Jangan kebanyakan menganggur. Peluang untuk berbuat dosa akan makin besar ketika kita menganggur. Ketika kita mengerjakan tugas dan tanggung jawab kita (yang sepertinya tak ada habisnya) maka harapannya kita tidak punya tenaga dan waktu ekstra untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna dan hal-hal berdosa.

Larilah seperti Yusuf bin Yakub ketika digoda oleh istri Potifar, jangan menganggur seperti Daud.

Tetap semangat. Teruskan kebiasaan baik yang sudah mulai terbangun. Lanjutkan terus hingga 21 hari dan seterusnya. Hingga nantinya kita akan merasa kurang jika tidak melakukan apa yang baik. Semua hanyalah anugerah Tuhan Yesus, senantiasa memohon kekuatanlah kepadaNya.

Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Yoab memukul kalah Raba dan meruntuhkannya. 1 Tawarikh 20:1 TB

Bersyukurlah senantiasa. Jalani hidup dengan mengingat bahwa semuanya hanyalah anugerah dari Tuhan Yesus yang tidak selayaknya kita terima.

Amin.

Berbagi Tugas Agar Lebih Baik

In times of deep trouble, it may appear as though God has forgotten you. But God may be preparing you, as he did the people of Judah, for a new beginning with him at the center. (LASB, p.1237)

Kalau ada seorang di antaramu yang kurang bijaksana, hendaklah ia memintanya dari Allah, maka Allah akan memberikan kebijaksanaan kepadanya; sebab kepada setiap orang, Allah memberi dengan murah hati dan dengan perasaan belas kasihan. (Yak 1:5, BIMK)

I will discipline you but only in due measure; I will not let you go entirely unpunished. (Jer 30:11, NIV)

Joab said, “If the Arameans are too strong for me, then you are to rescue me; but if the Ammonites are too strong for you, then I will rescue you. Be strong, and let us fight bravely for our people and the cities of our God. The Lord will do what is good in his sight.” (1 Chronicles 19:12-13, NIV)

Seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus menangani berbagai tugas sekaligus. Tidak jarang, berbagai kesempatan atau tawaran datang bersamaan, dan terkadang muncul kendala tak terduga yang mengacaukan rencana kerja kita.

Hal ini juga berlaku dalam kehidupan keluarga. Misalnya, anak-anak bisa menambah pekerjaan rumah, atau pasangan kita melakukan kesalahan yang menyulitkan seluruh anggota keluarga. Kadang-kadang, ada anggota keluarga yang tiba-tiba jatuh sakit, membutuhkan penyesuaian dalam rutinitas sehari-hari.

Dalam menghadapi banyaknya tugas yang perlu diselesaikan, baik dalam konteks pekerjaan maupun kehidupan keluarga, penting bagi kita untuk berbagi tanggung jawab. Kita harus bersedia menerima pembagian tugas dan melaksanakannya dengan bertanggung jawab. Meskipun dalam beberapa situasi mungkin diperlukan hubungan atasan-bawahan dalam pembagian tugas, idealnya adalah membina hubungan yang egaliter. Koordinasi menjadi kunci, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyelesaian tugas dan untuk memastikan tidak ada tugas yang terabaikan.

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus yang memegang kendali atas hidup kita. Lakukan tugas kita dengan baik. Tuhan Yesus pun senantiasa melakukan pekerjaanNya dengan baik. Sehingga apapun hasilnya pastilah yang terbaik dari Tuhan Yesus. Bersyukurlah bahwa kita manusia yang berdosa ini masih dipercaya untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan di bumi. Bekerja samalah. Berbagi tugaslah. Bekerjalah dengan semangat demi Tuhan Yesus.

1 Tawarikh 19:12-13 TB

Lalu berkatalah Yoab: “Jika orang Aram itu lebih kuat dari padaku, maka haruslah engkau menolong aku, tetapi jika bani Amon itu lebih kuat dari padamu, maka aku akan menolong engkau. Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. Tuhan kiranya melakukan yang baik di mata-Nya.”

Dewasa ini, kita sangat dimanjakan dengan kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber, baik online maupun offline. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan tersendiri karena tidak semua informasi yang kita terima itu dapat diandalkan. Banyak informasi yang menyesatkan atau bahkan berpotensi membahayakan.

Ini menjadi alasan penting mengapa kita perlu mengasah kemampuan berpikir kritis. Kita harus bisa bertanya dengan tepat dan memilih jawaban yang benar dari sekian banyak opsi yang tersedia. Dalam era di mana setiap orang dapat dengan mudah menyuarakan pendapatnya, menjadi sangat penting bagi kita, sebagai pembaca atau pendengar, untuk bisa memilih apakah akan mengikuti atau menolak informasi tersebut.

Meskipun penilaian kita mungkin belum tentu bermanfaat bagi orang lain, tetapi penting untuk terus berusaha berpikir kritis. Orang lain juga berhak menilai pemikiran kita secara kritis. Melalui proses menilai ulang pengetahuan dan keyakinan kita, kita mungkin menemukan perspektif yang berbeda seiring dengan bertambahnya pengalaman dan informasi yang kita dapatkan.

Sistematika berpikir kritis akan relatif sama, bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang mencegah kita untuk mengalami sesat pikir. Setiap orang, bahkan para ahli di bidang tertentu akan menjadi penderita sesat pikir yang parah ketika mulai meninggalkan kaidah berpikir kritis dan terus berupaya mempertahankan apa yang diketahuinya sejak lama (yang mungkin sudah tidak sempurna oleh penurunan memori seiring waktu atau tertinggal oleh lompatan pengetahuan baru). Perlu kerendahan hati untuk dapat terus menjadi pribadi yang kritis terhadap segala sesuatu.

Segala macam data dan ilmu pengetahuan wajib dikritisi. Bahkan iman pun harus memiliki dasar yang kuat untuk dapat bertahan dari gempuran pertanyaan dari para kaum yang skeptis terhadap agama dan kepercayaan. Memang tidak semua hal akan bisa dijelaskan secara ilmiah, banyak hal yang harus dipercayai begitu saja agar hidup berjalan dengan lancar. Namun, kita pun setidaknya harus berani mempertanyakan opini dan ajaran yang disampaikan para pemuka agama dan kepercayaan kita berdasarkan otoritas yang lebih tinggi yaitu kitab suci yang dianggap sebagai standar tertinggi. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa otoritas kitab suci pun dapat dikritisi oleh pemeluk agama dan kepercayaan tersebut, orang dengan agama dan kepercayaan yang berbeda, apalagi oleh mereka yang mengaku sebagai bukan orang beriman.

Manusia diberikan kemampuan berpikir kritis sehingga harus melatihnya setiap saat. Semakin kritis seseorang, seharusnya dia akan semakin menjadi manusia seutuhnya yang semakin beriman pada Sang Pencipta yang memberikan kemampuan untuk berpikir kritis.

Dengan penuh kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran, hendaklah kamu saling membantu dalam kasih (Efesus 4:2 Shellabear 2000).

Ketika kita membantu orang lain dalam berbagai cara, kadang kala malah kita yang makin berbahagia. Besarnya bantuan seringkali tidak berhubungan dengan besarnya kebahagiaan ini. Hal-hal yang kita anggap remeh belum tentu remeh bagi orang yang kita bantu. Ketika kita melihat dampak bantuan kita, kita bisa saja kagum akan dampak besar dari hal kecil yang kita lakukan atau berikan, dan itu menyenangkan.

Kerendahan hati diperlukan saat kita ingin menunjukkan kasih kita dengan menolong orang lain. Niatan pamer atau ingin dipuji hendaknya disingkirkan sebelum, saat, dan setelah kita membantu orang lain. Ketulusan memang susah dibuktikan, tapi setidaknya kita niatkan yang baik, terserah orang lain yang menerima atau yang menyaksikan akan memberi penilaian apa. Sebab, TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang rendah hati dengan keselamatan (Mazmur 149:4 AYT).

Kelemahlembutan juga tak boleh dilupakan dalam mengulurkan bantuan pada sesama. Kadang kala orang yang memang benar-benar perlu dan ingin dibantu akan menjadi marah dan tidak mau dibantu karena cara kita membantu yang kurang lemah lembut. Bantuan yang diberikan dengan cara atau ucapan yang kasar tentu tergolong dalam perbuatan yang tidak menyenangkan. Tegas tak harus kasar, namun usahakanlah selalu lemah lembut. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5 TB).

Kesabaran merupakan hal mendasar yang harus ada ketika kita memberikan pertolongan pada pihak lain. Kita harus sabar menanggung apapun yang mungkin terjadi. Tidak ada jaminan bahwa pertolongan kita akan disambut baik dan disertai ucapan terima kasih. Perubahan yang kita harapkan kadang tak kunjung terjadi. Apapun yang terjadi, tetaplah berbuat baik.

Ketika kita merasa senang dan bahagia ketika membantu orang lain, maka izinkanlah orang lain merasakan hal yang sama. Jika memang perlu, tak usah gengsi atau malu menerima bantuan dari orang lain. Jadikan lingkungan sosial kita tempat yang nyaman karena semua orang saling membantu dalam kasih.

Gotong royong demi mencapai tujuan bersama yang baik adalah hal yang patut dilakukan. Tolonglah atasanmu, tolonglah bawahanmu, tolonglah rekan sekerjamu, maka sebenarnya kita sedang menolong diri sendiri.