Ajeg Berbuat Baik

“Bukan kamu yang memilih aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” – Yohanes 15:16 TB2.

“Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” – Yohanes 15:8 TB2.

Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? (Roma 3:3)

Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: “Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman. (Roma 3:8)

Lakukan yang baik jika tujuanmu baik. Hasilnya tidak akan baik jika tujuanmu buruk. Terkadang kita berharap hal baik dari tindakan yang sebenarnya buruk.

Tuhan Yesus memiliki rencana baik untuk kita. Tujuannya baik, meskipun kita mungkin tidak selalu memahami bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang baik.

Kita sering memperlakukan orang lain dengan buruk, terutama yang kita anggap lebih rendah. Kita menghukum mereka dengan harapan perubahan yang lebih baik, tanpa memberikan arahan atau saran yang jelas. Lebih sering kita hanya merasa marah dan kecewa ketika perubahan tidak terjadi. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan yang baik, tanpa harus mencari yang terbaik, karena tidak selalu ada yang terbaik.

Kita bersyukur memiliki Tuhan Yesus yang setia. Alkitab mudah diakses melalui aplikasi di ponsel pintar kita. Tuhan Yesus memberikan panduan melalui perkataan-Nya dan tulisan-tulisan yang diilhamkan-Nya. Roh Kudus hadir untuk mengajar hati kita berubah. Perubahan dari hati, pikiran, dan perbuatan kita adalah anugerah dari Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus selalu setia, bahkan ketika kita tidak setia. Manusia tak akan pernah sebanding dengan kesetiaan-Nya.

Pernikahan bisa menghadapi pelanggaran janji berulang kali, baik melalui pikiran, perkataan, atau perbuatan. Namun, Tuhan Yesus memiliki rencana indah untuk setiap keluarga. Suami dan istri memiliki tugas yang sama, yaitu belajar menjadi setia seperti Tuhan Yesus. Ketika masalah muncul, kedua belah pihak harus mengingat dan menjalankan kembali janji pernikahan mereka. Dalam saat-saat kritis ini, diperlukan kedewasaan hati untuk melewati proses dengan baik. Jika kita melewati proses dengan cara buruk, jangan berharap hasil yang baik.

Kasihilah pasanganmu. Sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi suami dan istri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, suami dan istri harus menerima satu sama lain sepenuhnya. Kita tidak akan bertahan tanpa ijin Tuhan Yesus. Berdoalah, mintalah yang baik, lakukan yang baik, dan berharaplah yang baik. Amin.