Berbagi Tugas Agar Lebih Baik

In times of deep trouble, it may appear as though God has forgotten you. But God may be preparing you, as he did the people of Judah, for a new beginning with him at the center. (LASB, p.1237)

Kalau ada seorang di antaramu yang kurang bijaksana, hendaklah ia memintanya dari Allah, maka Allah akan memberikan kebijaksanaan kepadanya; sebab kepada setiap orang, Allah memberi dengan murah hati dan dengan perasaan belas kasihan. (Yak 1:5, BIMK)

I will discipline you but only in due measure; I will not let you go entirely unpunished. (Jer 30:11, NIV)

Joab said, “If the Arameans are too strong for me, then you are to rescue me; but if the Ammonites are too strong for you, then I will rescue you. Be strong, and let us fight bravely for our people and the cities of our God. The Lord will do what is good in his sight.” (1 Chronicles 19:12-13, NIV)

Seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus menangani berbagai tugas sekaligus. Tidak jarang, berbagai kesempatan atau tawaran datang bersamaan, dan terkadang muncul kendala tak terduga yang mengacaukan rencana kerja kita.

Hal ini juga berlaku dalam kehidupan keluarga. Misalnya, anak-anak bisa menambah pekerjaan rumah, atau pasangan kita melakukan kesalahan yang menyulitkan seluruh anggota keluarga. Kadang-kadang, ada anggota keluarga yang tiba-tiba jatuh sakit, membutuhkan penyesuaian dalam rutinitas sehari-hari.

Dalam menghadapi banyaknya tugas yang perlu diselesaikan, baik dalam konteks pekerjaan maupun kehidupan keluarga, penting bagi kita untuk berbagi tanggung jawab. Kita harus bersedia menerima pembagian tugas dan melaksanakannya dengan bertanggung jawab. Meskipun dalam beberapa situasi mungkin diperlukan hubungan atasan-bawahan dalam pembagian tugas, idealnya adalah membina hubungan yang egaliter. Koordinasi menjadi kunci, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyelesaian tugas dan untuk memastikan tidak ada tugas yang terabaikan.

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus yang memegang kendali atas hidup kita. Lakukan tugas kita dengan baik. Tuhan Yesus pun senantiasa melakukan pekerjaanNya dengan baik. Sehingga apapun hasilnya pastilah yang terbaik dari Tuhan Yesus. Bersyukurlah bahwa kita manusia yang berdosa ini masih dipercaya untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan di bumi. Bekerja samalah. Berbagi tugaslah. Bekerjalah dengan semangat demi Tuhan Yesus.

1 Tawarikh 19:12-13 TB

Lalu berkatalah Yoab: “Jika orang Aram itu lebih kuat dari padaku, maka haruslah engkau menolong aku, tetapi jika bani Amon itu lebih kuat dari padamu, maka aku akan menolong engkau. Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. Tuhan kiranya melakukan yang baik di mata-Nya.”

Dewasa ini, kita sangat dimanjakan dengan kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber, baik online maupun offline. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan tersendiri karena tidak semua informasi yang kita terima itu dapat diandalkan. Banyak informasi yang menyesatkan atau bahkan berpotensi membahayakan.

Ini menjadi alasan penting mengapa kita perlu mengasah kemampuan berpikir kritis. Kita harus bisa bertanya dengan tepat dan memilih jawaban yang benar dari sekian banyak opsi yang tersedia. Dalam era di mana setiap orang dapat dengan mudah menyuarakan pendapatnya, menjadi sangat penting bagi kita, sebagai pembaca atau pendengar, untuk bisa memilih apakah akan mengikuti atau menolak informasi tersebut.

Meskipun penilaian kita mungkin belum tentu bermanfaat bagi orang lain, tetapi penting untuk terus berusaha berpikir kritis. Orang lain juga berhak menilai pemikiran kita secara kritis. Melalui proses menilai ulang pengetahuan dan keyakinan kita, kita mungkin menemukan perspektif yang berbeda seiring dengan bertambahnya pengalaman dan informasi yang kita dapatkan.

Sistematika berpikir kritis akan relatif sama, bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang mencegah kita untuk mengalami sesat pikir. Setiap orang, bahkan para ahli di bidang tertentu akan menjadi penderita sesat pikir yang parah ketika mulai meninggalkan kaidah berpikir kritis dan terus berupaya mempertahankan apa yang diketahuinya sejak lama (yang mungkin sudah tidak sempurna oleh penurunan memori seiring waktu atau tertinggal oleh lompatan pengetahuan baru). Perlu kerendahan hati untuk dapat terus menjadi pribadi yang kritis terhadap segala sesuatu.

Segala macam data dan ilmu pengetahuan wajib dikritisi. Bahkan iman pun harus memiliki dasar yang kuat untuk dapat bertahan dari gempuran pertanyaan dari para kaum yang skeptis terhadap agama dan kepercayaan. Memang tidak semua hal akan bisa dijelaskan secara ilmiah, banyak hal yang harus dipercayai begitu saja agar hidup berjalan dengan lancar. Namun, kita pun setidaknya harus berani mempertanyakan opini dan ajaran yang disampaikan para pemuka agama dan kepercayaan kita berdasarkan otoritas yang lebih tinggi yaitu kitab suci yang dianggap sebagai standar tertinggi. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa otoritas kitab suci pun dapat dikritisi oleh pemeluk agama dan kepercayaan tersebut, orang dengan agama dan kepercayaan yang berbeda, apalagi oleh mereka yang mengaku sebagai bukan orang beriman.

Manusia diberikan kemampuan berpikir kritis sehingga harus melatihnya setiap saat. Semakin kritis seseorang, seharusnya dia akan semakin menjadi manusia seutuhnya yang semakin beriman pada Sang Pencipta yang memberikan kemampuan untuk berpikir kritis.

Dengan penuh kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran, hendaklah kamu saling membantu dalam kasih (Efesus 4:2 Shellabear 2000).

Ketika kita membantu orang lain dalam berbagai cara, kadang kala malah kita yang makin berbahagia. Besarnya bantuan seringkali tidak berhubungan dengan besarnya kebahagiaan ini. Hal-hal yang kita anggap remeh belum tentu remeh bagi orang yang kita bantu. Ketika kita melihat dampak bantuan kita, kita bisa saja kagum akan dampak besar dari hal kecil yang kita lakukan atau berikan, dan itu menyenangkan.

Kerendahan hati diperlukan saat kita ingin menunjukkan kasih kita dengan menolong orang lain. Niatan pamer atau ingin dipuji hendaknya disingkirkan sebelum, saat, dan setelah kita membantu orang lain. Ketulusan memang susah dibuktikan, tapi setidaknya kita niatkan yang baik, terserah orang lain yang menerima atau yang menyaksikan akan memberi penilaian apa. Sebab, TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang rendah hati dengan keselamatan (Mazmur 149:4 AYT).

Kelemahlembutan juga tak boleh dilupakan dalam mengulurkan bantuan pada sesama. Kadang kala orang yang memang benar-benar perlu dan ingin dibantu akan menjadi marah dan tidak mau dibantu karena cara kita membantu yang kurang lemah lembut. Bantuan yang diberikan dengan cara atau ucapan yang kasar tentu tergolong dalam perbuatan yang tidak menyenangkan. Tegas tak harus kasar, namun usahakanlah selalu lemah lembut. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5 TB).

Kesabaran merupakan hal mendasar yang harus ada ketika kita memberikan pertolongan pada pihak lain. Kita harus sabar menanggung apapun yang mungkin terjadi. Tidak ada jaminan bahwa pertolongan kita akan disambut baik dan disertai ucapan terima kasih. Perubahan yang kita harapkan kadang tak kunjung terjadi. Apapun yang terjadi, tetaplah berbuat baik.

Ketika kita merasa senang dan bahagia ketika membantu orang lain, maka izinkanlah orang lain merasakan hal yang sama. Jika memang perlu, tak usah gengsi atau malu menerima bantuan dari orang lain. Jadikan lingkungan sosial kita tempat yang nyaman karena semua orang saling membantu dalam kasih.

Gotong royong demi mencapai tujuan bersama yang baik adalah hal yang patut dilakukan. Tolonglah atasanmu, tolonglah bawahanmu, tolonglah rekan sekerjamu, maka sebenarnya kita sedang menolong diri sendiri.